Aspek sosial budaya dan masyarakat merupakan aspek penting Iainnya yang membentuk Geopark Gunung Tambora. Keragaman budaya (culturediversity) Gunung Tambora ditandai oleh sejarah perabadan yang telah berkembang sejak masa sebelum meletusnya Gunung Tambora pada tahun 1815′ Letusan rnahadasyat ini mengubur tiga kerajaan, yaitu: Kerajaan Pekat (sisi Selatan); Kerajaan Tambora (sisi Barat); dan Kerajaan Sanggar (sisi Timur). Ketiga kerajaan ini lenyap tertimbun pasir setelah meletusnya Gunung Tambora.

1. SITUS KERAJAA TAMBORA

Situs-situs bekas wilayah kerajaan di sekitar Gunung Tambora terdapat antara Iain di wilayah Pancasila, Oi Bura dan Doro Bente. Beberapa situs-situs tersebut tertutup oleh hasi] letusan tahun 1815 berupa pasir, lapili, batuapung dan abu hingga setebal 3 meter.

Penggalian-penggalian yang dilakukan Balai Arkeologi Denpasar pada tahun 2004, 2011 dan 2016 mengungkap temuan berupa kerangka korban letusan, rumah penduduk, pekakas dapur, keramik

koin, dan beras yang terarangkan oleh endapan awan panas pada saat terjadinya letusan Gunung api Tambora. Kondisi ini mengingat-kan pada Kota Pompeii di ltalia yang terkubur oleh letusan Gunung Vesuvius pada tahun 97 M, sehingga temuan ini disebut»sebut sebagai Pompeii dari Timur.

RUMAH TRADISIONAL

Rumah ini merupakan prototype bangunan rumah masyarakat Kerajaan Sanggar sebelum letusan gunung tambora melalui galian tim arkeologi tahun 2004. Prototype rumah kerajaan Tambora ini berada di Desa Oi Bura, Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima. Sisa Bangunan Rumah ini ditemukan oleh Prof. Heraldur Sirgudson dan Dr. lgan S. Sutawidjaja pada tahun 2004 dengan menggunakan rekaman GPR (Ground Penetration Radar).

Dari penemuan ini diketahui bahwa bentuk awal rumah panggung rakyat Tambora berukuran 6,5 meter x 3,5 meter. Sesetlah digali, di dalam rumah ini ditemukan sisa tubuh dua orang dewasa dan artefak-artefak berupa mangkuk, perunggu, pot keramik alat-alat besi dan beberapa perabot, yang menunjukkan bahwa kemungkinan orang-orang Tambora dulu adalah para pedagang dengan jalur dagang Vietnam dan Kamboja.

KERANGKA MANUSIA

Kerangka manusia ini ditemukan oleh Haraldur Sigurdsson dari Universitas Rhoode Island pada Tahun 2009. Lokasi penemuan yaitu di Desa Pancasila, Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima.

Tubuh ini berbaring di luar bangunan dan tertimbun di bawah reruntuhan vulkanik, dengan lengan kirinya melindungi kepala. Mungkin usaha untuk melindungi diri dari guguran abu vulkanik.

2. MAKAM TUA

Sebelum Ietusan Gunung Tambora, lbu Kota Kerajaan Sanggar adalah di Desa Boro, Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima. Namun seiring musibah 1815, maka ibu Kota kerajaan ini berpusat di Desa Kore. Di Desa Boro, terdapat suatu makam, oleh masyarakat setempat menyebutnya dengan makam Tua Boro. Masyarakat percaya, makam tersebut adalah makam Kerajaan Sanggar jauh sebelum letusan.

3. MUSEUM SANGGAR

Museum Kerajaan Sanggar merupakar museum kebudayaan yang menjadi salah satu motor penggerak dari Yayasan Kerajaan Sanggar. Berawal dari sebuah kegelisahan akan semakin memudarnya dan tergerusnya kesadaran seni-budaya masyarakat tradisional khususnya yang hidup di wilayah bekas Kerajaan Sanggar.

Museum mini ini bukan hanya tempat penyimpan benda-benda koleksi, namun museum akan  menjadi pusat informasi mengenai sisa-sisa Kerajaan Sanggar yang memiliki daya tarik edukasi sehingga khalayak tergugah datang dan dengan mudah mengakses informasi tersebut. Beberapa sisa Kerajaan Sanggar yang tersimpan dengan baik di Museum ini yaitu:

1) Kelompok Senjata dan pusaka peninggalan Kerajaan Sanggar;

2) Kelompok Hasil galian:

– Berupa barang pecah belah yang merupakan penemuan warga di sekitar

wilayah Kecamatan Sanggar dan Tambora;

– Perlengkapan pertanian dan peralatan rumah tangga;

– Informasi tentang sejarah, adat istiadat, dan budaya Kerajaan Sanggar;

3) lnformasi tentang letusan Gunung Tambora tahun 1815 (dalam gambar).