Letusan mahadahsyat Gunung Tambora pada tahun 1815 melontarkan aliran pirokiastik dan hampir menutupi semua Iereng hingga teluk Saleh. Material ini mudah lepas dan tererosi sehingga dapat membentuk morfologi lereng dengan elevasi sedang-rendah dan membentuk perbukitan bergelombang lemah. Gundukan kecil yang mengandung batu apung yang banyak tersebar ini menjadi bukti dari suatu aliran piroklastik yang luar biasa dahsyat. Kawasan yang kemudian banyak ditumbuhi oleh rerumputan iniiah yang dikenal masyarakat sebagai Padang Savana Doro Ncanga.

Pembentukan morfoiogi dataran savana ini juga terkait dengan adanya tsunami. Tsunami terjadi sesaat setelah salah satu dari delapan tahap hempasan aliran piroklastik menyapu Iereng selatan sampai ke laut (Sutawidjaja 2006, 56). Selain itu, Grijzen (dalam Ardhana 2005, 23) menyatakan bahwa daerah savana memiliki karakteristik khusus dengan iklim hangat-bebas-beku. Angin kering yang berhembus dari benua Australia menyebabkan kekeringan yang berkepanjan- gan. Kondisi iniah yang kemudian menyebabkan padang savana Doro Ncanga memiliki rumput yang cenderung kering kekuningan.